Konon katanya Jepang
merupakan salah satu negara yang sangat displin. Semua serba teratur.
Saya rasa anda pasti
sudah mengetahuinya.
Contohnya adalah tentang
mengantri. Sejak kecil anak-anak sekolah di sana sudah di latih untuk belajar
mengantri.
Dari yang saya baca katanya
pengajar disana akan merasa gagal kalau anak didiknya tidak bisa untuk mengantri.
Karena katanya dengan
belajar mengantri akan membentuk karakter yang disiplin dan saling menghargai
satu sama lain.
Walaupun begitu mengantri
adalah suatu hal yang saya tidak suka.
Apalagi kalau mengantrinya
lama dan di saat terburu-buru untuk urusan lain.
Seperti kemaren saat saya
mengantri untuk membayar tagihan air bulanan disalah satu loket pembayaran.
Di lantai satu saya
disambut oleh security yang menayakan keperluan saya.
Setelah saya katakan
kalau saya ingin membayar tagihan bulanan security langsung mengarahkan saya ke
meja yang berada di dekatnya untuk mengambil nomor antrian.
Disini saya disambut
dengan mba-mba yang sudah tersenyum manis dan saya yakin itu hasil pelatihan
dari kantornya.
Untuk pembayaran saya
harus naik ke lantai dua.
Di sana ternyata sudah
ada beberapa orang yang lebih dulu dari saya.
Setelah dapat tempat
duduk di rungan ber-ac tersebut saya mencek no antrian dengan melihat layar
nomor antrian di bagian atas loket pembayaran.
Ternyata ada 11 orang
sebelum saya.
Wahh…lama juga padahal
saya buru-buru.
Mau tidak mau saya
harus menunggu dan berusaha menyamankan diri sambil menunggu giliran.
Tidak berapa lama ada
seorang ibu yang datang bersama anaknya dan duduk sebaris dengan saya.
Saat no antrian
selanjutnya di panggil si ibu langsung berdiri dan bilang mau membayar tagihan
kepada petugas loket.
Wah cepat juga ya baru
datang sudah di panggil nomornya pikir saya.
Namun saat si ibu
sampai di loket pembayaran ada seorang pemuda yang juga berjalan dan langsung
berhenti begitu melihat si ibu sudah di loket.
Kenapa ada dua orang
yang maju ya, pikir saya lagi.
Saya melihat ke
seantero ruangan dan saya perhatikan semua orang yang sedang mengantri juga memasang
wajah keheranan.
Lalu kami melihat ke
arah security yang berdiri di dekat loket pembayaran dengan pandangan bertanya.
Si security yang
berbadan tegap tersebut juga memasang wajah heran dan hanya nyegir untuk menjawab
pertanyaan dari tatapan kami.
Setelah selesai
membayar dengan tenang nya si ibu turun kembali dengan menggandeng anaknya
tanpa melihat ke arah kami yang sedang mengantri.
Saat nomor berikutnya
dipanggil ternyata sama dengan nomor sebelumnya dipanggil dan si pemuda yang
tadi berhenti berjalan ke loket maju ke depan.
Ternyata dialah pemilik
nomor antrian yang ditikung oleh si ibu.
Anda pernah
mengalaminya?
Katanya untuk menjadi
seseorang yang besar kita harus memulainya dari hal kecil. Seperti mengantri.
Setelah terbiasa akan terasa
ada yang kurang atau merasa bersalah kalau “lupa” melakukannya.
Karena setiap pohon beringin yang rindang berasal dari biji yang kecil bukan.
Sudah antri untuk apa anda
hari ini?
#salamantri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar