Mendung menggelayuti langit. Sepertinya
hujan akan segera turun. Aku tidak berencana kemana pun hari itu. Pikiranku
melayang ke beberapa waktu lalu saat bertemu dengan seorang teman sekolah dulu.
Teman yang menurutku baik hati dan sangat sayang kepada Mamanya. Memang semua
anak sangat sayang kepada perempuan yang telah melahirkannya. Namun temanku
tersebut punya alasan yang aku rasa tidak semua orang mengalaminya.
Mama, begitulah Daffa biasa memanggil
perempuan yang paling disayanginya dan dihormati dalam hidupnya. Setiap
mengingat Mamanya hati Daffa merasa sedih karena belum bisa membahagiakan Mamanya
dengan lebih baik. Memang orang bilang tidak akan ada yang mampu membayar jasa
perempuan yang paling mulia dalam hidup kita.
Mama
adalah perempuan “terhebat” dalam hidup Daffa. Sejak TK sampai kuliah Mama Daffa
selalu berjuang demi kebutuhannya dan juga adiknya yang masih sekolah. Daffa
ingat saat TK Mamanya membantu perekonomian keluarganya dengan berjualan tekwan
(makan berkuah khas Palembang) saat masih tinggal di Palembang. Sedangkan Ayah
Daffa bekerja sebagai wiraswasta yang pasang
surut penghasilannya. Mama Daffa adalah tipikal perempuan yang tidak mau
menyusahkan orang lain dan selalu berusaha dengan kemampuan sendiri.
Daffa ingat saat kelahiran adiknya Mamanya
pergi sendiri ke Puskesmas. Daffa yang hari itu ikut dengan Ayahnya ke toko
mendapatkan kabar dari teman Ayahnya yang melihat Mamanya pergi ke Puskesmas.
Dengan tergesa-gesa Ayahnya langsung menutup toko dan mereka langsung menuju Puskesmas.
Wajah Ayahnya begitu tegang.
Saat sampai Puskesmas ternyata Mamanya sudah
melahirkan adiknya yang cantik dan masih berwarna merah. Saat itu Daffa hanya
merasa senang dan bahagia karena sudah mendapat teman bermain di rumah. Tanpa
tahu kenapa Mamanya pergi sendiri ke Puskesmas.
Kelas
4 SD Daffa dan keluarganya pindah ke Padang. Balik lagi ke kampung Ayahnya karena
permintaan Nenek dari Ayahnya. Jadilah mereka menempuh perjalanan jauh yang melelahkan.
Namun bagi Daffa sangat menyenangkan karena naik mobil dan bisa melihat
pemandangan sepanjang jalan. Sebagai tambahan dari Kota Padang menuju kampung
Ayahnya menempuh perjalanan 4 jam.
Di rumah Nenek, Mama dan Ayah Daffa memulai
kembali usaha namun kali ini di bidang makanan dan minuman. Mamanya memulai
usaha membuat gorengan yang dititipkan ke warung-warung dan dijual sendiri di
kantin sekolah dekat rumah. Sedangkan Ayahnya memulai usaha pembuatan es aneka
rasa. Alhamdulilah walaupun perlahan semua berjalan dengan lancar. Setiap 1
bulan sekali Daffa dan keluarganya pergi ke kota Padang untuk membeli bahan
usaha sekaligus jalan-jalan. Sangat menyenangkan.
Daffa melanjutkan sekolah di SD dekat
pasar yang ada di daerahnya. Setiap hari Daffa pergi dan pulang sekolah dengan
berjalan kaki. Walaupun melelahkan Daffa bersemangat menjalaninya. Setiap pagi Daffa
membantu Mamanya mengantar gorengan ke warung-warung langganan. Namun adakalanya
Daffa bosan dan “mogok” tidak mau mengantar.
Kalau boleh waktu diputar kembali
mungkin tidak akan pernah Daffa menolak apapun permintaan Mamanya. Mungkin
karena masih kecil dan belum memahami kondisi keluarganya Daffa masih beberapa
kali “berulah”. Setiap kali Daffa menolak perintah Mamanya, tidak pernah sekalipun
Mamanya marah. Beliau hanya diam saja.
Setelah dewasa baru Daffa memahami
itulah cara Mamanya untuk memberi tahu kalau beliau sedang marah. Itulah Mamanya
walupun Daffa menolak perintah beliau Mamanya tetap menyayanginya. Setiap pagi
sebelum sekolah Daffa adalah orang pertama yang “membeli” gorengan buatan Mamanya.
Mamanya selalu tersenyum melihat anaknya begitu lahap sarapan gorengan.
Saat Daffa SMP Mamanya berjualan dekat sekolahnya.
Mereka sudah tidak tinggal lagi dengan Nenek Ayahnya. Ayah dan Mamanya mengontrak
rumah yang berjarak setengah kilometer dari sekolahnya. Daffa begitu bahagia
dan semangat belajar karena selalu dekat dengan orang tuanya. Daffa sempat
heran dengan teman-temannya yang bisa bersekolah jauh dari orang tuanya. Kalau Daffa
saat itu mengalaminya pasti tidak akan sanggup.
Sampai akhirnya saat SMA Daffa dan
keluarganya pindah ke rumah mereka sendiri. Betapa menyenangkannya saat Daffa tahu akan
tinggal di rumah yang dibangun oleh Mama dan Ayahnya dari hasil usaha mereka bertahun-tahun.
Walaupun sederhana tapi mereka merasa sangat senang dan nyaman tanpa perlu
memikirkan lagi biaya sewa rumah.
Saat SMA Daffa mulai memahami kondisi keluarganya.
Beberapa kali diam-diam Daffa memperhatikan Mamanya yang selalu bangun dan bekerja
mulai jam 03.00 WIB untuk memasak gorengan yang akan dijual. Sedih hatinya mengetahui
perjuangan Mamanya yang seakan tidak pernah ada habisnya, namun tidak pernah
sedikitpun Mamanya mengeluh dengan keadaan.
Tidak jarang kalau terbangun dini hari pasti
Daffa sudah mendengar Mamanya yang sibuk di dapur sendiri. Padahal dia yakin Mamanya
pasti capek karena sering tidur paling akhir. Daffa merasa tidak berguna namun
apa dayanya karena dia masih sekolah dan belum bisa mencari kerja untuk meringankan
beban keluarganya. Kalau sudah begitu pasti air matanya mengalir sendiri merenungi
nasib keluarganya. Semakin dekat tamat SMA, terbangun saat Mamanya sedang
berkerja dini hari semakin sering Daffa alami.
Sebenarnya
Mama Daffa adalah keturunan dari keluarga yang cukup terpandang di daerahnya. Mamanya
adalah cucu dari seorang pengusaha hasil perkebunan yang namanya dikenal sampai
tingkat kabupaten di kampung mereka. Bahkan dari cerita tetangganya Daffa tahu
kalau Kakek Mamanya adalah orang pertama yang memiliki mobil di daerah mereka.
Selain itu orang tuanya Mama Daffa juga
tergolong sukses. Mereka memiliki rumah
yang lumayan besar saat di Palembang. Sekarang Gaek dan Amak (begitu Daffa biasa
memanggil kedua orang tua Mamanya) juga sudah tinggal di kampung mengurus sawah
dan ladang yang dibeli saat masih di Palembang.
Mama Daffa merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara dan merupakan perempuan satu-satunya. Di atas Mama Daffa ada
Abang Mamanya yang biasa dipanggilnya Angku. Angkunya ini merupakan orang yang
berkedudukan di dinas kabupaten tetangga. Adik Mamanya yang biasa dipanggilnya
Om juga orang sukses dengan bekerja diinstansi pemerintah di kabupaten yang sama
dengan Angkunya Daffa. Sedangkan Abang Mamanya yang paling tua tinggal di
daerah yang sama dengan mereka sebagai petani.
Walupun
kondisi mereka pas-pasan tidak pernah Mamanya meminta bantuan dari orang lain. Mamanya
adalah perempuan yang mandiri dan pantang untuk meminta selagi masih bisa
berusaha sendiri. Dari cerita Mamanya Daffa tahu kalau sejak SD Mamanya sudah
tinggal berpisah dari Amak yang merantau ke Palembang.
Sampai selesai SMK Mamanya terpaksa hidup
dengan saudara-saudara Amaknya. Mungkin karena faktor ditinggal Amak sejak
kecil itulah Mama Daffa pantang meminta kepada siapapun termasuk kepada
keluarga sendiri. Daffa menerka Mamanya pasti sudah ditempa dengan kondisi yang
tidak akan terbayangkan olehnya.
Selesai
SMA Daffa ingin sekali kuliah namun dia sadar dengan kondisi kelurganya.
Kalaupun kuliah Daffa harus kuliah di univesitas negeri supaya biayanya lebih
murah. Namun Daffa juga berfikiran untuk langsung bekerja. Daffa pun sempat
ikut tes STPDN namun gagal.
Daffa pun pernah berniat ikut tes Polisi namun akhirnya dibatalkan karena dia tidak
merasa cocok dengan “sistemnya”. Akhirnya Daffa memutuskan untuk istirahat dulu
1 tahun dan berenca kuliah tahun depan.
Pada
saat seperti itulah Daffa bertekad menjadi seorang yang suskes. Tidak tega
hatinya melihat Mamanya yang banting tulang demi mereka semua. Selama masa
istrirahat itu Daffa meningkatkan ibadahnya. Daffa berusaha mendekatkan dirinya
ke Allah SWT dengan shalat wajib tepat waktu dan menambah amalan sunah lainnya
seperti puasa Senin Kamis dan shalat Tahajud.
Berattt . . . sangat berattt . . . bagi
Daffa memulai semuanya. Tapi demi terwujudnya impian untuk diterima di
universitas negeri Daffa terus berjuang melaksanakannya. Tidak jarang saat
mengambil wudhu untuk shalat Tahajud Daffa sudah menemukan Mamanya memulai
aktifitas. Kalau sudah begitu air matanya mengalir sendiri dalam shalat. Dalam
do’anya Daffa memohon kepada Allah SWT untuk dipermudahkan menggapai impiannya
dan bisa membahagiakan orang tuanya.
Selain
itu Daffa mengulangi kembali pelajaran untuk menghadapi tes masuk perguruang
tinggi. Daffa belajar dengan salah seorang temannya yang sama-sama “istirahat”.
Susah sekali bagi Daffa untuk memulai kembali belajar setelah hampir setahun
tidak melihat buku pelajaran.
Setelah
tiba waktunya tes Daffa dan temannya berangkat bersama ke Kota Padang. Pada saat
tes Daffa mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Namun Daffa masih cemas dan
ragu apakah dirinya mampu untuk lulus ?
Alhamdulillahhh . . . perjuangan dan
do’a kedua orang tuanya tidak sia-sia. Saat pengumuman kelulusan Daffa berhasil
diterima di universitas negeri pilihannya. Daffa membaca pengumuman tersebut
saat dalam perjalanan mengikuti pekan olahraga Provinsi. Dari hal tersebut jugalah
Daffa bisa mendapatkan biaya untuk masuk kuliahnya. Jadi Daffa tidak perlu
meminta kepada Mamanya. Dua kebahagian yang datang bersamaan. Dalam rangka
kelulusannya tersebut Mama Daffa mengadakan syukuran dengan mengundang beberapa
orang tetangga.
Akhirnya
Daffa pun memulai hari-hari sebagai seorang mahasiswa. Daffa masih berfikiran mencari
uang tambahan untuk meringankan beban Mamanya. Daffa berusaha mencari beasiswa
dan pekerjaan paruh waktu. Namun ternyata tidak semudah itu mencari pekerjaan yang
sesuai dengan jadwal kuliahnya.
Daffa tetap terus berupaya mencari
pekerjaan yang cocok. Selain itu Daffa juga berupaya mencari beasiswa. Dan
alhamdulillah Daffa mendapatkannya dari kampus dan beasiswa daerahnya.
Semua
itu Daffa lakukan karena dia tahu Mamanya sudah berusaha dengan cara yang luar
biasa untuk menguliahkannya. Saat liburan mau lebaran Daffa melihat Mamanya juga
menjual jagung bakar selain kue yang biasa dijual untuk menambah pemasukan.
Melihat itu semua hatinya teriris.
Begitu besar perjuangan Mamanya demi memenuhi kebutuhan pendidikannya. Hal
itulah yang membuat Daffa berjanji akan mencari biaya sendiri dan tidak ingin
melihat Mamanya repot lagi.
Daffa pun akhirnya mendapatkan
pekerjaan paruh waktu yang dilakukannya sehabis pulang kuliah. Gajinya memang
tidak seberapa. Tapi Daffa terus bertahan dengan mengingat perjuangan Mamanya yang
setiap hari bangun pukul 03.00 WIB untuk membuat kue demi masa depannya tanpa
mengeluh. Tidak jarang Daffa kerja lembur dan sering pulang pukul 24.00 WIB.
Kalau sudah jam segitu Daffa pun
terpaksa pulang jalan kaki karena tidak ada angkot yang yang menuju kostnya
yang berjarak sekitar 1 km dari tempat kerja. Pulang jalan kaki ditengah malam
yang sunyi sudah biasa baginya.
Alhmadulillah sampai selesai kuliah Daffa
tidak lagi meminta uang bulanan dari rumah. Mamanyalah sosok yang menjadi
teladan dalam bekerja dan bisa membuatnya bertahan dengan segala aktifitasku
tersebut. Dalam 4 tahun kuliahnya mampu diselesaikannya.
Hal
tersebut merupakan kebahagian terbesar dalam keluarganya. Daffa tahu betapa
berat Mamanya berjuang demi dirinya supaya menjadi seorang sarjana. Mamanya
pernah bilang kalau dia jangan sampai seperti Mamanya yang tidak bisa kuliah.
Mamanya sangat ingin Daffa bisa menjadi orang sukses.
Itulah seorang Mama yang selalu memikirkan
nasib anak-anaknya. Dikemudian hari Daffa pun tahu perjuangan Mamanya yang
selalu berusaha sendiri tanpa bantuan siapapun memiliki alasan lain yang baru diketahuinya
kemudian.
Daffa
ingin menjadi manusia yang sukses demi keluarganya dengan usaha sendiri. Selesai
kuliah Daffa mencoba ikut tes pegawai negeri. Tes ditiga provinsi diikutinya bersama
seseorang yang saat ini sudah menjadi belahan jiwanya. Namun Daffa belum
berhasil. Sedih hatinya karena belum juga bisa mewujudkan impian Mamanya.
Namun Mamanya bilang “Sabar saja nak,
Allah SWT pasti sedang mempersiapkan yang terbaik dibalik ini semua”.
Hati Daffa tentram setelah mendengar
nasihat dari Mamanya tersebut. Dia pun bertekad bagaimanapun caranya harus
menjadi orang sukses. Daffa sempat bekerja di daerahnya. Namun gaji yang diterima
masih kurang. Apalagi adiknya mau masuk kuliah.
Walaupun ditengah keterbatasan Daffa bilang
ke Mamanya kalau dia ingin adiknya bisa melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya.
Apalagi adiknya adalah anak perempuan satu-satunya dalam keluarga. Sebagai
Abangnya Daffa ingin memberikan masa depan yang lebih baik lagi untuk adiknya. Dia
akan membantu biaya kuliah adiknya supaya Mamanya tidak terlalu berat
menanggungnya.
Melihat
perkembangan kerjanya yang lambat Daffa memutuskan untuk mencoba peruntungan di
Pekanbaru. Di Pekanbaru Daffa mendapatkan perkerjaan dengan gaji yang lebih
baik daripada sebelumnya. Tekadnya hanya satu yaitu merubah nasib keluarganya
supaya tidak dipandang sebelah mata.
Daffa teringat saat adiknya mau kuliah
dan hala tersebut didengar oleh salah seorang familinya. Familinya tersebut
mengatakan tidak usahlah adiknya kuliah kalau tidak ada biaya. Lebih baik adiknya
menikah saja. Bahkan familinya tersebut mencarikan calon pendamping untuk adiknya,
seorang pedagang keliling yang sudah berumur. Sedih hatinya mengetahui hal
tersebut. Tekadnya semakin kuat akan mengembalikan semua kata-kata tersebut
dengan keberhasilannya. Man jadda wa jadda, siapa yang bersunggu-sungguh akan
berhasil.
Untuk
mencari tambahan Daffa kerja sambilan mengajar les supaya bisa menabung untuk
masa depannya juga. Sehabis pulang sekolah dia langsung mengajar les sampai
pukul 21.00 WIB. Daffa juga sudah mencoba berbagai usaha dari grosir makanan
ringan, usaha pulsa dan terkahir usaha cemilan yang semuanya masih kurang
memuaskan tapi dia yakin Allah SWT menyiapkan sesuatu yang lebih baik selagi
kita mau berusaha.
*****
Hujan terus turun sejak siang. Membuat
Daffa semakin nyaman di dalam kamar. Tak terasa sudah hampir 4 tahun dia di
rantau orang. Hari ini merupakan hari yang paling dianantinya. Segera dihidupkannya
laptop dan mengetik alamat suatu website. Degup jantungnya semakin keras
mengikuti loading di alamat yang diketiknya. Matanya perlahan demi perlahan
membaca halaman demi halaman. Dan mata Daffa terpaku melihat layar laptop saat membaca
namanya tertera pada pengumuman penerimaan di instansi pemerintah yang diikutinya
beberapa bulan lalu.
Beberapa saat Daffa hanya termangu. Gembira,
terharu dan rasa tidak percaya bercampur menjadi satu. Daffa pun sujud syukur
atas keberkahan yang dinantinya selama ini. Dalam linangan air mata terbayang Mamanya sedang tersenyum kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar