ANDA PENGUNJUNG KE :

Minggu, 21 Desember 2014

SAAT AYAH SAKIT


Hari itu Kamis tanggal 2 Oktorber 2014. Cuaca sangat cerah saat aku dan istri sampai ditempat kerja. Baru saja aku mencabut kunci motor hp ku berbunyi. Aku pun mengecek siapa yang menelfon pagi-pagi begini. Ternyata dari no ayah. Aku sedikit heran karena tidak biasanya ayah menelfon sepagi ini.
“ Hallo, assallammu’alaikum . . . ada apa yah ? ” tanyaku
Tapi yang menjawab adalah suara mama.
“ Wa’alaikumsalam . . . nda ayah tak sadar sejak shubuh tadi. Ayah sudah tidak tahu dengan panggilan mama. ” jawab mama sambil menangis.
Degg . . . jantungku serasa dihantam dengan keras. Sesaat setelah mendengar itu pikiranku serasa kosong. Tidak tahu apa yang harus kuucapkan. Setelah beberapa saat aku berusaha mencerna dan berusaha tidak terdengar panik. Aku fikir mama pasti sudah sangat panik dan aku tidak mau menambahnya.
“ Tak sadar gimana ma?” tanyakuku dengan degup jantung semakin keras.
“Malam tadi ayah nonton tv masih seperti biasa. Sebelum tidur ayah minum obat yang diambil saat ke rumah sakit Rabu kemaren. Setelah minum obat ayah rebahan sambil bicara dengan Daffa (adikku). Setelah itu ayah tidur” terang mama sambil berusaha terdengar tetap tenang.
Dengan terbata-bata dan rasa cemas di hatiku ama bilang kalau ayah tidak sadarkan diri sejak shubuh. Aku pun panik. Apalagi mama meminta aku segera pulang. Dengan gugup aku menemui kepsek dan minta izin utnuk pulang hari itu bersama istriku. Setelah dapat izin kami kembali lagi ke rumah.
Dalam perjalanan ke rumah kami masih memikirkan dengan apa sebaiknya kami pulang. Kalau dengan travel ke Padang berangkatnya paling cepat pukul 10.00 WIB dan sampai Padang pukul 18.00 WIB. Itu pun harus melanjutkan 3 jam lagi untuk sampai ke kampungku. Kalau mobil langsung ke kampungku baru berangkat pukul 22.00 WIB dan sampai pagi sekitar pukul 09.00 WIB.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya kami memutuskan berangkat menggunakan motor. Padahal tak pernah terfikirkan dalam pikiran kami untuk bermotor ria dari Pekanbaru sampai sampai ke kampungku. Perjalanan yang jauh. Lebih dari 600 km yang harus kami tempuh.
          Sampai rumah kami langsung berbenah dan memepersiapkan segala sesuatunya. Istriku menyiapkan pakaian yang akan kami bawa. Aku berpesan untuk sekalian membawa baju koko putih dan baju putih istriku untuk lebaran Idul Adha di kampung.
Desy, adik istriku sempat khawatir dengan kondisi rem “si chubby” kami. Tapi aku berkeyakinan kalau motorku baik-baika saja. Maklum ini adalah perjalan terjauh yang akan di lalui “si chubby”. Sebenarnya aku juga sempat berfikiran dengan yang dibilang Desy tapi aku berkeyakinan Allah akan mlindungi perjalan kami demi. Pukul 07.30 WIB perjalanan kami di mulai.
          Dalam perjalanan aku berfikiran perjalanan kami pasti akan melelahkan. Bayangkan perjalan 14 jam dengan travel akan kami tempuh dengan sepeda motor. Tapi demi kesembuhan ayahku apapun akan kulakukan yang terbaik.
Sebelumnya saat pulang dari tempat kerja kami mengisi Pertamax dan bensin full tank untuk perjalanan kami. Selama perjalanan aku dan istri bercerita panjang lebar supaya tidak bosan dalam perjalan ini. Di perbatasan Bangkinang di Pertamina terakhir kami isi lagi bernsin full untuk jaga-jaga karena baru masuk Sumbar yaitu daerah Pangkalan kami akan bertemu SPBU lagi.
Di daerah Pangkalan kami mengisi bensin kembali sambil meluruskan pinggang yang pegal sedari Pekanbaru. Lega sudah masuk “wilayah sendiri”. Kami meneruskan perjalan dengan santai sambil menikmati pemandangan sepanjang jalan.
Di Payakumbuh dekat kantor Dinas Pendidikan kami berhenti dulu untuk makan siang. Aku tidak berselera makan karena kefikiran kondisi ayah. Aku pun menelfon adikku Dya yang kuliah di Padang. Menurut mama tadi Dya juga pulang untuk melihat ayah.
“Hallo, assalammua’laikum...” ucapku saat telfonku diangkat oleh adikku setelah 3 pa nggialan sebelumnya tidak diangkat.
“Wa’alaikumsallam” jawab adikku.
“Dya, bagaimana keadaan ayah?” tanyaku dengan hati berdebar.
“Masih di ICU bang. Dya baru sampai rumah sakit” terang adikku dengan suara seperti habis menangis.
“Siapa saja yang ada di sana dya?” tanyaku lagi.
“Rame bang. Ada ibu (kakak mama), gaek dan tetangga” Jelas adikku.
“Abang sekarang masih di Payakumbuh. Kasih tahu ama ya. do’akan ayah terus. Sudah ya, assallammu’alaikum” aku mengakhiri telfon dengan adikku.
“Ya bang. Wa’alaikumsallam” jawab adikku.
Aku pun melanjutkan makan dengan tak berselera karena aku harus makan supaya kuat bawa motor sampai rumah. Setelah makan kami pun shalat Zhuhur di mesjid Payakumbuh. Air mataku mengalir saat shalat mengingat kondisi ayah dan terutama bagaimana perasaan mama.
Selesai shalat aku berdo’a untuk kesembuhan ayahku dengan harapan yang sangat tinggi akan dikabulkan Allah SWT dengan berurai air mata yang kutahan dari tadi.
“Ya Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku tahu banyak dosa dan khilaf kepada-Mu. Tapi jangan berikan cobaan yang kami tak sanggup menghadapinya. Kuatkanlah aku, mama dan adikku menghadapi ini semua. Aku yakin ya Allah ada hikmah dari semua kejadian ini, aminn . . .” pintaku dengan air mata yang terus mengalir.
Lega dan tenang hatiku setelah mengadukan semuanya sang Khalik.
Kami pun melanjutkan perjalanan. Baru masuk Kota Payakumbuh kami disambut gerimis. Padahal mantel yang dibawa cuma satu. Terpaksa kami memutar kembali ke arah pasar yang baru kami lewati untuk mencari tempat menjual mantel.
Namun sayang tidak ada satupun toko yang kami temui menjual mantel yang kami cari. Kami langsung saja meneruskan perjalanan dengan mantel yang satu lagi. Ternyata hujan hanya terjadi di sebagian tempat saja.
          Sebelum sampai di Bukittinggi kami mengambil jalan ke arah Batusangkar untuk menghemat waktu. Ini perjalanan pertama kami yang pertama pakai motor lewat Batusangkar dan benar-benar rute yang bikin deg-degan. Jalannya mirip dengan jalan di Sitinjau Laut. Berkelok-kelok dan jalannya kecil.
 Menjelang Pasar Batusangkar kami menempuh jalan yang lurus sehingga membuat aku sedikit mengantuk. Aku tak menyangka kalau diatas bukit ada jalan yang landai seperti di Pekanbaru. Pemandangan di daerah Batusangkar tidak kalah dengan daerah lain di Sumbar. Bagus sekali.
          Sekitar pukul 14.00 WIB kami sampai di Ombilin. Perjalanan kami teruskan ke arah Solok. Sampai Solok kami berhenti untuk shalat Ashar dan membeli gorengan untuk cemilan di jalan.
Selesai shalat kami mengisi bensin di SPBU. Kami berencana untuk lewat jalan pintas yang dibilang Om Em (adik mama) saat aku dan Diana pergi lebaran kesana. Kata Om Em jalan tersebut akan langsung sampai pasar Alahan Panjang. Jadi bisa menghemat waktu tempuh 2 jam kalau melalui jalan biasa ke Lubuk Selasih.
Aku pun menelfon Om dan menanyakan arah jalannya. Setelah mendapatkan arah jalan yang harus kami tempuh dan memberi tahu Om kalau ayah masuk RS kami melanjutkan perjalanan. Tak lupa tentunya sambil menikmati gorengan.
Ternyata rute perjalanannya benar-benar menantang. Setelah puas tanya sana sini akhirnya kami melewati rute yang benar-benar bikin jantung berdebar. Jalannya mengingatkan aku saat ke Sungai Penuh 4 tahun lalu. Sampai-sampai istriku harus turun karena “ci chubby” tidak sanggup mendakinya.
“Hehhhh...sekali ini sajalah lewat sini” kata istriku denagn kesal.
Aku pun setuju. Jalanannya masih ada yang belum diaspal dan kecil. Kalau tidak hati-hati bisa-bisa kami jatuh ke jurang dalam di sebelah kanan kami. Ternyata kami keluarnya di Pasar Alahan Panjang.
Fiuhhh . . . benar-benar jalan pintas yang mendebarkan. Setelah kulihat jam ternyata perjalanan kami sama saja dengan lewat jalan biasa. Tapi tak apalah untuk menambah pengalaman.
          Kami melanjutkan perjalanan ke arah Surian. Di Surian kami makan soto ditempat langganan kami untuk mengahangatkan tubuh yang sudah menggigil sejak Alahan Panjang. Hmmm . . . benar-benar enakk . . 
          Setelah kenyang aku dan istri melanjutkan perjalanan. Waktu sudah menunjukkkan pukul 17.30 WIB. Masih 2 jam lagi perjalan untuk sampai rumah. Di Balun aku merasa plong karena sebentar lagi dekat rumahku.
Aku dan istri langsung ke rumah. Ternyata rumah dikunci. Berarti  mama dan adikku masih di RS. Sebelum ke RS kami shalat Isya dulu di mesjid Koto Baru. Aku sempat mengobrol sebentar dengan garin di mesjid tersebut yang kukenal saat dulu aku sering shalat ke sana.
Sampai RS aku mencari ruangan ayah dirawat dengan bertanya ke perawat jaga. Setelah tahu kami langsung ke ruangan yah dirawat. Jantungku berdebar semakin keras saat semakin dekat ruangan ayah dirawat.
Sampai di ruangan ayah dirawat ternyata banyak tetanggaku yang datang untuk melihat. Ada mama, Dya dan Daffa (adikku),  Ibu (kakak mama), Tek Ti (adik ayah), nenek (ibu tiri ayah), Ibu sebelah rumah (sepupu ayah), dan kenalan orang tuaku lainnya.
Aku menunju ke tempat ayah berbaring. Kata mama ayah belum sadar sejak di bawa ke RS.
“Ayah . . . ” aku memanggil ayah yang sedang tidur.
“Ini nda yah” lanjutku.
Mata ayah perlahan terbuka dan melihatku. Dari tatapan mata ayah aku tahu ayah mengenaliku.
“Tahu kan ayah dengan nda?” Tanyaku lagi untuk berusaha mengembalikan kesadaran ayah.
Mulut ayahku terbuka seakan mau berbicara. Tapi tidak ada satupun kalimat yang keluar. Hatiku semakin berdebar.
“Kalau ayah tahu dengan nda, anggukan kepala ayah sedikit” usahaku lagi.
Kepala ayah mengangguk sedikit. Alhamdulillahh . . . akhirnya ayah bisa mengenaliku dan kesadaran ayah sudah pulih. Aku pun membawa istriku ke dekat ayah untuk memancing kesadaran ayah lagi.
“Ini Diana yah. Ingat yah?” tanyaku lagi.
Kulihat ayahku juga sedikit mengangguk. Plong rasa hatiku setelah yakin ayah sudah semakin sadar
Jujur sedih hatiku melihat kondisi ayah yang terbring tak berdaya. Aku seakan tak percaya kejadian ini menimpa keluargaku. Bertambah iba hatiku melihat mama yang terlihat lelah. Begitu juga dnegan adikku Dya yang baru sampai sore tadi dari Padang. Dan adikku yang paling kecil, Daffa terlihat sudah mengantuk.
Dari keterangan mama sepertinya ayah korban salah minum obat. Ternyata hari Rabu saat jadwal terapi ayah dokter terapi yang biasa tidak datang. Jadi ayah konsultasi dengan dokter umum. Dari dokter tersebutlah ayah mendapatkan obat berwarna orange yang tanpa label. Sepertinya obat itulah yang menyebabkan kondisi ayah drop
Geram hatiku. Ingin rasanya memperpanjang masalah ini. Karena ini suduh masuk dalam mal praktek. Tapi setelah kupikir kesembuhan ayah lah yang paling penting saat ini. Jadi aku mendiamkan saja dulu.
Malam itu aku, istriku, mama, Tek Ti (adik mama) dan nenek (ibu tiri ayah) menginap di RS. Sebenarnya aku menyuruh istriku untuk istirahat di rumah saja. Tapi dia tidak mau.
Badanku begitu lelah namun mata ini tidak mengantuk. Sekitar pukul 24.00 Wib baru akhirnya aku tertidur.
Pukul 03.00 WIB aku terbangun. Aku ingin shalat tahajud. Dengan mata berat aku pun keluar dari kamar ayah untuk mencari mushala. Setelah mutar-mutar sebentar akhirnya aku menemukan mushala yang terletak di bagain belakang RS. Selesai shalat dengan linanagan air mata aku meemohon kesembuhan ayahku dan meminta diberi kekuatan kepada mama, adik-adikku dan aku mengahdapi ini semua.
*****
Alhamdulilah setelah 1 minggu dirawat ayah sudah bisa pulang. Sebenarnya ini diluar perkiraan ayah dapat pulih secepat itu. Tak percuma perjuangan mama, Dya, aku dan istri menunggu ayahku saat malam di RS.
Aku pun bersyukur dianugrahi istri yang sangat memahami kondisi keluagaku. Berkat saran istriku jugalah yang membantu proses kesmbuhan ayahku. Dari saat pindah kamar perawatan ayah yang sempat berbeda pendapat dengan adik ayah, memberikan minuman hangat saat ayah batuk-batuk tengah malam. Tak ada rasa sungkan dan ragu pada istriku saat melakukannya. Tak salah ucapan saudara sepupu ayah dari jambi yang datang saat hari terakhir ayah di RS.
“Siapa tu nda?” bisik sepupu ayah saat istriku sedang memberi minuman ke ayah.
“Istri nda tek” jelasku kepada sepupu ayah yang saat pernikahan kami tidak sempat datang.
“Beruntung kau mendaptkan istri yang pandai memepatkan diri seperti itu nda” ucap etekku.
Aku pun tersenyum dan bersyukur dalam hati.
Rasa sykurku semakin bertambah saat Gaek (Bapak mama) berkomentar hal yang sama saat aku mengantarkan beliau pulang,
“Tak salah kau milih kawan hidup nda. Pandai istrimu itu menempatkan diri sebagai menantu. Tak ada rasa canggung dan sungkan saat membantu ayahmu yang sedang sakit” ucap gaekku yang sering bercanda kalau bertemu kami. Aku pun senang dnegan penilaian dari orang yang sangat aku horamati dan jadi panutan dalan hidupku.
Kondisi ayah setelah dibawa pulang ke rumah semakin membaik. 2 hari setelah ayah di bawa pulang aku dan istri balik lagi ke Pekanabaru. Adikku Dya sudah balik ke Padang beberapa hari sebelumnya. Namun sebelumnya kami akan mampir dulu ke Padang. Berat memang meninggalkan ayah, mama dan adikku Daffa dalam keadaaan seperti ini. Tapi kami harus kembali secepatnya karena sudah ada beberapa pekerjaan yang menunggu. (perjalanan kami balik ke Pekanbaru akan aku ceritakan di kesempatan lainnya . . .).


         

Minggu, 14 Desember 2014

DAFTAR REMEDIAL USG GEOGRAFI 2013-2014

BAGI NAMANYA YANG ADA DI BAWAH INI UNTUK SEGERA MENGURUS NILAI
HARI INI DAN MEMBAWA CATATAN
X BIL IPA 1










1 ABDURRAHMAN










2 AHMAD FADLY










3 AISYAH NURTERRA










4 ANNISA PUTRI F










5 BAGASKARA










6 ERAENE INDAH










7 HARI AGUNG










8 LILIS FIRDAUSYA










9 M. FADHLI ILHAMI










10 MARDOTILAH










11 NABILLA WIHELMINA










12 RIZKA BERLIANTI










13 SABRINA SAKIRA










14 VANIA SALSABILA










15 PRASETYO










16 RIZKY PRATAMA PUTRA























X UNGGUL IPA 2










1 SHERLY RANI PRICILLIYA










2 TAUFIK SETIAWAN























X IPA 3










1 AHMADA ZAKI










2 ALIFRA HABIB










3 ANGGI PUTRI C










4 ARIF HIDAYATULLAH










5 BAGUS CAHYA










6 FARHAN RAMADHAN










7 LIA WAROKA










8 POMA SATRIA










9 REZKA WAHYUNI










10 VELYN WULANDA










11 WANDA PUTRA























X IPA 4










1 DICKY ANANDA










2 INDAH CHAIRUL










3 NUR RAHMAN










4 SITI HABIBAH























X IPS 1










1 ANNISA MUTIARA ROZI










2 DENIS BOSCO JUNIOR










3 RISKY KURNIADY










4 TRI GESVIN RZ























X IPS 2










1 ANDRO NAFIS AULA










2 AYU HAKERI










3 DAFFA ROFIF ALNA










4 DEBY EDIA PUTRI










5 FITRA PRAYOGA










6 MUHAMMAD AMIN










7 MUHAMMAD ARIFIN










8 MUHAMMAD BINTANG










9 PUTRI PERMATA INDAH










10 RAVI WAHYUDI










11 SANDY HERMAWAN























X IPS 3










1 BELLA ELIANTI










2 GIANDA RIVELINO










3 IMAM WAHYUDI










4 MARHAMMAH TRI W










5 M. LAGENDA










6 PUTRI MEYLANI










7 M. TRI HABIBI










Jumat, 12 Desember 2014

MIMPI


Lelah . . . 
Tertawa dan terluka
Oleh keadaan yang menyiksa
Datang tanpa aba-aba
          Letih . . .
          Jiwa ini perih
          Melihat situasi yang tak terkendali
          Akan kondisi negri ini
Rapuh . . .
Terayun dan tersapu
Oleh rusuh yang datang seperti hantu
Dipenghujung shubuh
            Bahagia . . .
Tawa . . .
Kapankah engkau datang
Menemaniku saat malam
Ceria . . .
Sukacita . . .
Kapan kau kemari
Menemaniku saat sepi
          Tuhan . . .
          Apa sebenarnya yang kau rencanakan
          Bagi kami penghuni negri ini
          Yang lapar akan nurani suci
                                                                   Karya: Nanda E. S