ANDA PENGUNJUNG KE :

Minggu, 12 Januari 2014

RADI & RANI



Awan hitam bergerombol di langit menandakan akan segera turun hujan. Radi masih sibuk menyiapkan perlengkapan yang akan dibawanya ke Pekanbaru. Hari ini dia berniat memberikan kejutan untuk Rani teman dekatnya saat ini yang sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Pekanbaru. “ aku sudah tidak sabar lagi ingin berjumpa dengan Rani” gumam Radi. “ sedang apa ya dia saat ini? Ahh... Sudahlah bukankah aku akan segera bertemu dengannya “pikir Radi. Dia pun melanjutkan persiapanya untuk ke Pekanabaru. “bagaimana di, jadi juga berangkat?” kata papanya yang berdiri di depan pintu kamarnya. Radi pun menghentikan sejenak pekerjaanya.“Jadi dong pa, ini tinggal sedikit lagi persiapannya” jawab Radi. “ tapi sepertinya mau hujan di “ kata papa. “Tenang saja pa kan Radi bawa mantel “ kata Radi. “ya sudah sebelum pergi pamit sama mama ya “ lanjut papa sebelum meninggalkan kamar Radi. “ ya pa “ jawab Radi.
Setelah memastikan semua persiapnnya lengkap Radi mencari mama dan papanya di ruang tamu. “ ma, pa Radi berangkat dulu ya “ kata Radi kepada mama dan papanya yang lagi menonton TV. Serentak keduanya menoleh kearah Radi. “ sudah siap semuanya di “ kata mama. “ sudah ma “ kata Radi. “ ya sudah hati-hati di jalan ya. Kalau nanti hujan turun lebih baik berteduh saja dulu ya, jangan ditempuh juga hujan-hujan dan titp salam mama buat Rani ya. “nasehat mama tercinta. “ ya ma. Mama sudah kenal Rani sejak kami masih SMA karena aku pernah mengenalkannyua saat mengundannya main ke rumah.Radi pamit dulu ya mah..pah... Assalamualikum “ kata Radi sambil mencium tangan keduanya. “waalaikum sallam” sahut mama dan papa.
Setelah memasang sarung tangan dan helm Radi segera menstater motornya yang pagi tadi sudah di bawa ke bengkel untuk diservis. Radi pun segera meluncur dijalanan ditemani cuaca yang sedikit mendung. Tersenyum Radi membayangkan ekspresi Rani saat bertemu nanti. Karena dia sengaja tidak memberitahunya tentang  keberangkatannya kali ini untuk memberian surprise dihari ulang tahun Rani ini. “ iya ran, aku tidak bisa pergi karena di sini masih bayak pekerjaan yang harus aku selesaikan untuk besok “ kata Radi saat menghubungi Rani malam sebelumnya. “ ya sudahlah “ jawab Rani diseberang sana sambil menutup telfon.
Setelah satu jam perjalanan ban motor belakan Radi bocor. “wahh..pakai acara bocor pula ini ban” gerutu Radi setelah turun dari motornya. “ ada tuakang tambal ban g ya ? gumam Radi sambil melihat ke depan . berhubung tidak kelihatan tempat tambal ban terpaksalah Radi mendorong motornya sepanjang jalan. Setelah berjalan 500 meter akhirnya Radi menemukan tambal ban. “ bang, mau tambal ban” kata Radi kepada abang tambal ban yang sedang tiduran di kursi. “eh, iya mas “ gelagapan abang tersebut terbangun ari tidurnya. Setelah mengucek kedua matanya sambil menguap abang tambal ban mulai membuka ban belakang motor Radi. “besar bocornya mas. Harus ganti ban dalam ne.” Kata abang tersebut. “ ya sudah ganti saja bang “ kata Radi. Setelah menunungu 20 menit dan membayar upah kepada abang tersebut Radi pun segera meluncur kembali.
Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 4 jam akhirnya Radi sampai di Kota Bertuah.  Langsung saja Radi menuju ke tempat kost Rani. “assalamualikummmm....” kata Radi. “ Waalaikum sallam “ sahut suara dari dalam rumah. “ Oh Bg Radi, baru nyampe bang?” kata Winda teman satu kosnya Rani yang sudah dikenal Radi saat datang beberapa kali ketempat tersebut. “ iya, win baru sampai”. Kata Radi. “ masuk dulu bang” lanjut Winda. “makasih ya Win” sahut Radi sambil masuk dan duduk di ruang tamu. “Raninya ada Win? lanjut Radi. “ ada lagi di dalam kamar. Sebentar ya bang aku panggilakan dulu.” Kata Winda sambil meninggalkan Radi seorang diri dan menuju ke dalam.
“ Bang Radi..” kata Rani. Radi pun mengalihkan perhatianya dari majalah yang dibacanya ke sumber suara. “ Rani” kata Radi sambil memperhatikan Rani yang sudah rapi dan sepertinya akan ke luar. “ baru sampai bang? Kok tidak kasih tahu mau ke sini.”Kata Rani dengan ekspresi yang sulit dimengerti Radi. “ iya ran. Aku sengaja datang ke sini tanpa memberi tahumu karena ingin memeberikan kejutan di hari ulang tahunmu” lanjut Radi sambil tersenyum hangat. Radi baru menyadari kalau Rani sudah rapi dan sepertinya mau keluar. Dia pun bertanya “ sudah rapi Ran, mau keluar ya?..”tidak bang aku sudah biasa rapi seperti ini kok” kata Rani sambil tersenyum.”begitu ya” sahut Radi juga tersenyum. Namun Radi bukannya tidak tahu kalu Rani berusaha menutupi sesuatu darinya.
Mereka berdua pun bercerita menanyakan kabr satu sama lain. “ Ran, boleh pinjam hp kamu yang satu lagi tidak” kata Radi. “ Untuk apa bg ?” tanya Rani. “hp abang lagi rusak mungkin karena kehujanan di jalan tadi” lanjut Radi. “ begitu ya bang. Sebentar akun ambil ke kamar dulu “ jawab Rani sambil menuju kembali ke kamarnya. Hp Radi bukannya rusak tapi entah mengapa dia ingin sekali meminjam hp Rani yang satu lagi tersebut. Sudah hampir 10 menit Radi menunggu Rani yang mengambil hp dari kamarnya. “kok lama ya? “ pikir Radi. Dia merasa memang ada sesuatu terjadi yang tidak diketahuninya. Akhirnya Rani keluar dari kamrnya dan menyerahkan hp tersebut ke Radi. “ Ini bang hp nya “ kata Rani sambil menyerahkan hp tersebut. Radi pun berkata“ abang pakai dulu ya Ran”. “ Rani pun permisi ke dapur untuk menyiapkan minumuan untuk Radi. Setelah Rani menghilang Radi pun mengecek hp tersebut dan melihat bahwa tidak satu pun pesan di di dalamnya. “aneh, kenapa tidak ada pesan ataupun panggilan ya” pikir Radi. Karena dia tahu Rani juga menggunakan hp tersebut. Dan bukan kebiaasaan Rani untuk mengahapus segera pesan masuk dan keluar begitu saja. “ Jangan-jangan saat dia lama di kamar tadi Rani menghapus pesan-pesan di dalam ini ya ” pikir Radi.
Tiba-tiba dari luar kontrakan Rani ada suara yang memanggil Rani. “ permisi, Ranii...” sebuah suara laki-laki memanggil nama Rani. Rani yang lagi di dapur cepat-cepat ke depan dan menemui sumber suara tadi. “ Irfan, baru nayampai ya” kata Rani. “ iya ran, jadikan perginya? Tanya laki-laki tersebut. Radi yang di dalam rumah pun ke luar dan melihat seorang laki-laki yang seumuran Rani. “Ran, siapa dia?.” tanya Radi. Rani berkata “ eh, kenalin bang dia Irfan, teman kuliahku”. Mereka pujn berkenalan sambil menyebutkan nama masing-masing. “Radi” kata Radi. “Irfan” jawab leaki tersebut. Radi merasakan tatapan Irfan tidak bersahabat. “siapa dia Ran” tanya Irfan kepada Rani. “ saya pacarnya Rani” Radi yang menjawab. Laki-laki tersebut terkejut dan berkata “ apa kamu bilang? Pacarnya Rani itu aku.” sambut Irfan. Radi pun terkejut dan menatap Rani yang sedang tertunduk. “ betul itu ran?’ tanya Radi. “kamu jangan ngaku-ngaku ya “ serbu Irfan dengan emosi. Radi pun masih terlihat tenang walaupun dia sebenarnya kaget setengah mati mengetahui kalau Rani punya pacar lagi selain dirinya.
“ Kalau aku boleh tahu kamu sudah jalan dengan Rani berapa lama?” tanya Radi ke Irfan. “ aku dan Rani sudah jalan 3 bulan. Dan kamu sendiri sudah berapa lama jalan dengan rani” tanya Irfan masih dengan ekspresi marah. Sambil tersenyum pahit Radi berkata” aku sudah 3 tahun jalan dengan Rani”. Sekarang giliran Irfan yang terkejut dan menatap Rani. “ok, Ran, sekarang aku serahkan sama kamu mau pergi dengan aku atau dengan dia? Tanya Irfan sambil menuding Radi. “ Lo,kalau bicara yang sopan “ sahut Radi yang hampir kehilangan kesabarn melihat sikap Irfan yang tempramen. “ suka-suka gua mau bicara kayak gimana. Nantangin lo” serbu Irfan sambil maju dan menarik kerah baju Radi. Radi yang tidak terima langsung memegang tangan Irfan dan memutarnya kebelakang. “lo yang santai “ ucap Radi sambil mendorong tubuh Irfan ke dinding. “ sudah bang lepasin Irfan” kata Rani yang dari tadi terdiam melihat mereka berdua. Radi pun melepaskan Irfan dan diapun mengurut lengan yangsakit karena di putar oleh Radi.
“Jadi kamu pilih siapa ran?” tanya Irfan. “bang maafin Rani. Sebenarnya Rani tidak bisa menjalin hubungan dengan abang lagi.” Kata Rani ke Radi. “ kenapa Ran? Apa abang ada salah? “ jawab Radi. “Rani tidak bisa menjalain hubungan jarak jauh bang” jawab Rani. Radi terperangah dan tidak menyangka pengorbananya untuk memberikan kejutan kepada orang yang dikasihinya akan dibalas seperti ini. “ Tapi, Ran tidak bisa seperti ini. Bukankah kita sudah berjanji saling menelfon tiap hari. “jawab Radi.” Aku tidak bisa bang. Maafkan aku bang. Bukannya aku tidak sayang dengan abang, tapi kondisi yang membuat kita harus berpisah” kata Rani.” Baiklah kalu itu sudah menjadi keputusanmu ran. Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu.” Jawab Radi sambil keluar.
Radipun akhirnya pergi meninggalkan tempat tinggal Rani tersebut dengan membawa luka yang sangat dalam. Waktu pun terus berlalu sudah hampir 2 bulan sejak kejadian itu. Disaat Radi sudah hampir melupakan kejadian di Pekanbaru Rani menelfonnya kembali. Dia meminta balikan kembali dengan Radi karena ternyata Irfan bukan orang yang tepat baginya. Walaupun mereka bertemu setiap hari Irfan orannya cemburuan dan tempramen jelas Rani. Namun hati Radi suda terluka dan dia sulit untuk menerima kembali Rani. Dia hanya berkata “ rasanya lebih baik kita berteman saja ya Ran. “Abang akan menganggap Rani sebagai  adik abang saja ya. Abang akan bantu kalau Rani butuh bantuan abang.” jawab Radi. “iyalah bang kalau memang itu yang terbaik” jawab Rani. Sejak hari hari itu Rani beberapa kali meminta bantuan kepada Radi saat dia ada di Pekanbaru. Dan Radi menepati ja jinya dengan membantu Rani karena di hatinya sudah tidak ada rasa lagi ke pada Rani kecuali rasa ingin menolong sebagai sahabat walaupun Radi tahu bahwa Rani masih mengharapkannya sampai saat ini.

2 komentar: